Kamis, 10 Juli 2008

renungan hari ini..

Seorang raja bersama pengiringnya keluar dari
istananya untuk menikmati udara pagi. Di keramaian,



ia berpapasan dengan seorang pengemis.

Sang raja menyapa pengemis ini, "Apa yang engkau
inginkan dariku?"

Si pengemis itu
tersenyum dan berkata, "Tuanku
bertanya, seakan-akan tuanku
dapat memenuhi permintaan hamba."

Sang raja terkejut, ia merasa tertantang, "Tentu
saja aku dapat memenuhi


permintaanmu. Apa yang engkau minta, katakanlah!"

Maka menjawablah sang pengemis, "Berpikirlah dua
kali, wahai tuanku,
sebelum tuanku menjanjikan apa-apa."

Rupanya sang pengemis bukanlah sembarang pengemis..


Namun raja tidak
merasakan hal
itu. Timbul rasa angkuh dan tak senang
pada diri raja, karena
mendapat nasihat dari seorang pengemis. "Sudah aku
katakan, aku dapat
memenuhi permintaanmu. Apapun juga! Aku adalah raja


yang paling berkuasa
dan kaya-raya."

Dengan penuh kepolosan dan kesederhanaan si pengemis
itu mengangsurkan
mangkuk penadah sedekah, "Tuanku dapat mengisi penuh
mangkuk ini
dengan apa
yang tuanku inginkan."

Bukan main! Raja menjadi geram mendengar 'tantangan'
pengemis di
hadapannya.

Segera ia memerintahkan bendahara kerajaan yang ikut


dengannya untuk
mengisi penuh mangkuk pengemis kurang ajar ini
dengan emas! Kemudian
bendahara menuangkan emas dari pundi-pundi besar
yang di bawanya ke dalam
mangkuk sedekah sang pengemis. Anehnya, emas dalam



pundi-pundi besar itu
tidak dapat mengisi penuh mangkuk sedekah.

Tak mau kehilangan muka di hadapan rakyatnya, sang
raja terus memerintahkan
bendahara mengisi mangkuk itu. Tetapi mangkuk itu


tetap kosong. Bahkan
seluruh perbendaharaan kerajaan: emas, intan
berlian, ratna mutumanikam
telah habis dilahap mangkuk sedekah itu. Mangkuk itu
seolah tanpa dasar,
berlubang.


Dengan
perasaan tak menentu, sang raja jatuh
bersimpuh di kaki si pengemis,
ternyata dia bukan pengemis biasa, terbata-bata ia
bertanya, "Sebelum
berlalu dari tempat ini, dapatkah tuan menjelaskan


terbuat dari apakah
mangkuk sedekah ini?"

Pengemis itu menjawab sambil tersenyum, "Mangkuk itu
terbuat dari keinginan
manusia yang tanpa batas. Itulah yang mendorong


manusia
senantiasa bergelut
dalam hidupnya. Ada kegembiraan, gairah memuncak di
hati, pengalaman yang
mengasyikkan kala engkau menginginkan sesuatu.
Ketika akhirnya engkau telah
mendapatkan keinginan itu, semua yang telah kau


dapatkan itu, seolah tidak
ada lagi artinya bagimu".

Semuanya hilang ibarat emas intan berlian yang masuk
dalam mangkuk yang tak
beralas itu. Kegembiraan, gairah, dan pengalaman


yang mengasyikkan
itu
hanya tatkala dalam proses untuk mendapatkan
keinginan..

Begitu saja seterusnya, selalu kemudian datang
keinginan baru. Orang tidak
pernah merasa puas. Ia selalu merasa kekurangan.


Anak cucumu kelak
mengatakan: power tends to corrupt; kekuasaan
cenderung untuk berlaku
tamak.

Raja itu bertanya lagi, "Adakah cara untuk
dapat
menutup alas mangkuk itu?"



"Tentu ada, yaitu rasa syukur kepada Tuhan. Jika
engkau pandai bersyukur,
Tuhan akan menambah nikmat padamu," ucap sang
pengemis itu, sambil ia
berjalan kemudian menghilang

Tidak ada komentar: